Selasa, 11 Januari 2011

di’Jodoh’in?? Ogah ah !!! ( Bag.2 )

Bismillahirrahmanirrahim..


Yaa Robb..Bila dia memang jodohku, segera berikanlah aku jalan agar ku tahu bila dia benar-benar pemilik tulang rusuk yang kau pilihkan untukku. Namun Yaa Robb.. jika dia bukanlah jodoh yang kau pilihkan, segera berikan aku jalan agar aku tak berlarut-larut dalam penantian..Aamiin..


Sujudku pada seperempat malam, membuatku lebih tenang. Memang hanya Dia tempatku mengadu, karna hanya Dia lah Sahabat Sejatiku.


Aku memang belum menolak perjodohan itu meskipun aku sangat ingin menolak, aku juga belum mau menerima perjodohan itu karna dalam hatiku tetap tak ingin dijodohin. Lagian aku tak punya alasan untuk menolak perjodohan itu, benarlah kata Bunda diwaktu lalu. Aku hanya akan membuang waktuku bila aku menanti orang yang belum tahu kapan datangnya, apalagi aku ini masalah Sunnah Rasulullah.


“ Yah..aku akan memberi keputusan langsung dihadapan 2 keluarga. Keluarga kita dan keluarga Satria, bisa kah Yah ?? “ Langsung ku utarakan keinginanku pada Ayah pagi ini.


“ Kebetulan Nak, nanti sore mereka akan datang. Dari kemarin memang udah nanyain keputusanmu “ Ayah tersenyum padaku.


Benarkah apa yang akan aku putuskan ini ?? Benarkah dia yang terbaik untukku ?? Ada sedikit rasa takut bila aku menolaknya ternyata orang yang aku pilih kelak ternyata tak lebih baik darinya. Pikiran yang bermacam-macam terus menjalar sedangkan sampai saat ini Allah belum menjawab istikharahku.


“ Nak Satria bila kamu mau tanya silahkan ?? “ Ayah menyuruh Satria untuk bertanya padaku. Rasa bergetar di hatiku dan detak jantungku yang menderu dari tadi tak mampu ku redam.


“ Saya hanya ingin menanyakan dua pertanyaan pada putri Om, yang pertama  Apa Tugas dia saat menjadi seorang istri ?? “ katanya.


“ Jawab Nak “ Sekarang semua orang menanti jawabanku. Aku pun berpikir sejenak.


“ Aku akan menyenangkan suamiku, menjaga kehormatan diri dan suami, juga harta suamiku bila suatu saat aku ditinggal pergi untuk berdakwah “ aku mulus menjawab. Aku menatapnya sekilas, dia tersenyum. Ku rasakan dadaku menyempit.


“ Baiklah, pertanyaan kedua, siapa yang akan dipatuhi antara suami dan orang tua “


Aku terkejut dengan pertanyaannya. Ada rasa ragu untuk menjawabnya.


“ Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, bila ada orang yang patut disembah di dunia ini maka dia adalah istri kepada suaminya. Maka aku wajib taat kepada suami ketika ketaatan itu tidak melenceng dari agama, namun bukan berarti lantas aku tidak diijinkan lagi patuh kepada orang tua. Jika suamiku melarangku taat kepada orang tua, maka dia telah melarangku berbakti pada orang tuaku. Meskipun taat kepada suami itu wajib, taat kepada orang tua pun tetaplah harus ada karna itu lah baktiku “


“ Itu saja pertanyaan saya “ katanya. Aku lega, giliranku yang bertanya.


“ Nak Rina, silahkan kalo ada pertanyaan “ kata Ayah.


“ Saya ingin mengajukan satu saja pertanyaan, tak jauh beda dengan pertanyaan tadi. Antara istri dan ibu Anda, mana yang akan Anda prioritaskan “ kataku mantap. Aku ingin tahu seberapa siap dia memulai sebuah rumah tangga.


“ Ibuku..” aku menanti kelanjutanya, namun tak juga ada.


“ Kok ibu ? “ aku pun tak sabar menunggu.


“ Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda  ketika Aisyah bertanya pada beliau, Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita, maka Rasulullah menjawab : suaminya. Lalu Aisyah kembali bertanya, siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki. Rasulullah menjawab : Ibunya. “


Aku pu tak tahan untuk tersenyum, mengagumi kepandaiannya.


“ Maka aku memilih ibuku. Namun aku pun tak begitu saja lantas meninggalkan istriku, karna aku pun memiliki tanggung jawab terhadap istriku. Tapi andai istriku nanti melarangku untuk  berbuat baik terhadap ibuku , maka dia bukanlah istri yang ku harapkan “


Bergetar hatiku, seakan semua pertanyaan selama ini dan hasil istikharahku terjawab sudah. Yaa Rabb..apakah benar dia yang Kau pilihkan untukku ??


“ Bagaimana Nak Rina “


“ Sudah itu saja Yah “ kataku masih tertunduk. Namun hatiku sudah sangat bergejolak.


“ Nak Satria silahkan keputusannya “


“ Jika Putri Bapak berkenan untuk saya lamar, insyaallah saya akan segera melamarnya “


Aku hendak menangis mendengar khitbah yang dia utarakan.


“ Nak Rina, bagaimana keputusanmu “


Aku hanya mengangguk. Mengangguk tanda aku ingin menempuh Bahtera kehidupan bersamanya.


“ Alhamdulillah “ semua orang menggemakan hal yang sama.


Aku pun dipeluk oleh Bunda.


“ Terimakasih Nak, telah menyenangkan hati Bunda dan Ayah “


Mutiara yang aku simpan di mataku akhirnya tak mampu aku bendung juga.


Tidak Bunda, bukan hanya ingin menyenangkan hati Bunda dan Ayah saja. Namun ternyata dia memang yang sedang aku cari. Terimakasih Bunda.


Wallahua’lam bi Shawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar