Jumat, 15 Juni 2012

Ibu, Madrasah Peradaban


Bismillahirrahmanirrahim...


Menjadi seorang Ibu Rumah Tangga sering kali di pandang sebelah mata, hanya sebagai profesi yang tidak menguntungkan kaum wanita. Urusan remeh temeh yang tak jauh  dari  “ dapur”, “sumur” dan “kasur” menjadi alasan para wanita enggan bahkan minder jika ditanya tentang pekerjaan. Apalagi bila wanita yang menjadi seorang ibu ini mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi, ada yang memandang kasihan karena  setelah sekolah tinggi-tinggi ternyata “hanya” menjadi seorang Ibu Rumah Tangga.


Di luar dari itu semua, sebenarnya perlu kita sadari bahwa sebuah profesi yang sering di pandang sebelah mata ini bukan hanya sebuah profesi semata. Tapi, sebuah Fenomena kehidupan yang akan membentuk sebuah generasi Robbani. Tak ayal, seorang ibu dalam sebuah rumah tangga sangat berperan penting. Ia bagaikan pilar kekuatan dari kekokohan sebuah keluarga. Kebahagiaan di dalam rumah pun karena adanya peran seorang ibu yang memberikan kasih sayangnya dengan penuh ketulusan, tapi  bisa jadi adanya konflik dalam rumah tangga karena kurangnya peran ibu.


Ibu adalah Madrasah pertama bagi anak-anaknya. Di tangan seorang ibu lah generasi tangguh yang cerdas dan berakhlak mulia memunculkan sebuah harapan untuk memimpin ummat ini di masa yang akan datang. Tanpa disadari, semenjak anak dalam kandungan, seorang ibu telah berperan penting. Menurut berbagai penelitian, bahwa janin sudah dapat merasakan perasaan ibunya baik ketika sedih maupun ketika bahagia. Janin juga sudah bisa mendengarkan, maka dari itu para peneliti menganjurkan semua ibu yang tengah mengandung untuk memperdengarkan musik klasik pada janin agar bisa merangsang perkembangan otak si calon bayi. Tapi tentu saja, kita sebagai seorang muslimah lebih baik memperdengarkan Lantunan ayat-ayat Al Quran ataupun kalimah Tayyibah, agar calon bayi kita mengenal Allah Subhanahu Wa Ta’ala sejak dalam kandungan.

Sabtu, 02 Juni 2012

Why Me?

Bismillahirrahmanirrahim...


“Iihhh.... Kenapa yang dibahas selalu wanita sih? Lagi-lagi yang dipermasalahkan kesamaan  gender, Poligami terus sekarang neraka juga katanya milik wanita. Segitunya ya jadi wanita!” Curhat seorang sahabat BMB padaku.


“Sesungguhnya aku melihat kalian ( Wanita )sebagai penghuni neraka terbanyak.” (Hr. Bukhari dan Muslim).

Waw... Ada apa nih sama wanita? Apa karena di dunia ini udah tampak kalau wanita lebih banyak dari laki-laki, atau karena terlalu banyak “pameran” wanita dimana-mana.


Coba kita pahami kata Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas dengan pernyataannya : “Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.

Hah! Kembar?



"Hah! Kembar?"

Aku dan ibuku saling berpandangan tak percaya, lalu kembali menatap seorang laki-laki berjas putih di hadapanku. Bagaimana mungkin diusia kehamilanku yang genap 7 bulan baru ketahuan bahwa bayi di kandunganku kembar.

"Nggak mungkin, Dok? Saya tiap bulan USG kok!"

"Ini denger detak jantungnya," kata Dokter sambil menggeserkan alat USG di perutku.

Detak jantung bayi dalam perutku menggema ke seluruh ruangan, namun tiba-tiba ada suara detak jantung lagi tapi berbeda iramanya dengan yang pertama.

"Nah, 2 ya bu detak jantungnya. Ini gambarnya."

Aku menatap layar monitor sampai tak berkedit, 2 tubuh berbeda ada dalam perutku.

Air mata mengalir tak tertahankan, perutku yang menggelembung dielus ibuku lembut. Senang? Tentu. Tapi  selepas dari Dokter, rupa-rupanya pikiranku dan beliau sama. Kami Panik. Belum genap 4 bulan yang lalu, istri sepupuku melahirkan bayi laki-laki kembar namun sayangnya kedua bayinya tak dapat diselamatkan.Maka wajar ketika pikiran kami diselimuti rasa khawatir tingkat tinggi, namun pada akhirnya yang dapat kami lakukan hanyalah pasrah

Suami tentu saja tidak percaya, sampai harus melakukan USG lagi. Tapi ketika ia yakin, dengan tegas ia langsung memutuskan aku harus ke Surabaya, ke rumah orang tuanya. Karena ia sudah tidak yakin dengan Rumah Sakit yang ada di sekitaran kami , mungkin masih ada  trauma dibenaknya saat sepupuku harus kehilangan putra kembarnya. Setelah dibicarakan dengan keluarga, akhirnya mereka sepakat, aku diungsikan sementara ke Surabaya untuk melahirkan.

Keadaan yang memang membuatku akhirnya harus menerima, tapi kesenangan, kegembiraan menyambut anggota baru sudah menyemarak di rumah mungil kami. Termasuk Ayah dan ibuku, semua keluarga diberi kabar bahwa mereka akan memiliki cucu kembar. Maklum saja, ini adalah cucu pertama mereka dan mungkin saja cucu satu-satunya yang kembar saat ini. Seluruh keluarga sudah tidak sabar menyambut keluarga baru kami, setiap bertemu mereka mengelus lembut perut buncitku. Betapa besarnya perutku, itulah kata-kata yang kerap kudengar dari mereka.

Kegembiraan itu akan terus berlanjut meski aku tidak  melahirkan di dekat mereka, tapi di Surabaya, di tempat mertuaku. Aku yakin akan menemukan kegembiraan yang sama seperti di keluargaku dan ternyata tepat seperti dugaanku, aku dimanja di sana. Mungkin juga karena ini adalah cucu kembar satu-satunya di keluarga beliau atau mungkin juga karena aku yang jarang sekali bertemu beliau. Semoga dimanapun tempatku melahirkan, ada berkah yang terhimpun. Aamiin.