Rabu, 30 November 2011

Temani Aku Sejenak

Bismillahirrahmanirrahim..

“Ayah, main mobil-mobilan bareng  aku yuk!”

Seorang anak berlari menghampiri ayahnya yang sedang asyik menerima telpon.

“Sebentar Nak, ayah lagi telpon.”

“Ah...ayah. Ini kan hari libur, telpon terus...telpon terus!”

“Ayah kan lagi sibuk, main sendiri saja!” dengan nada membentak sang ayah menimpali.

Sang anak pun bermain sendiri, meski gurat kesedihan telah ditampakkan pada sang ayah.

Tak terasa waktu terus bergulir, sang anak telah tumbuh dewasa sedangkan sang ayah telah mulai menua.

“Nak, ke rumah ayah ya? Ayah dan ibu kangen sama kamu.” Sang ayah menceritakan kerinduannya untuk bertemu sang anak melalui sambungan telpon.

“Nanti ya yah, kalau aku sudah ada waktu longgar,” sahut sang anak dari sebrang sana.

“Sebentar saja Nak.”

“Iya, nanti pasti aku ke sana, tapi nunggu kalau ada waktu.”

Sambungan telpon pun terputus begitu saja, sang ayah hanya mampu menghela nafas.

Kamis, 03 November 2011

Afwan, Ku Tolak Khitbahmu

Bismillahirrahmanirrahim...

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah.

Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’. ”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.