Sabtu, 02 Juni 2012

Hah! Kembar?



"Hah! Kembar?"

Aku dan ibuku saling berpandangan tak percaya, lalu kembali menatap seorang laki-laki berjas putih di hadapanku. Bagaimana mungkin diusia kehamilanku yang genap 7 bulan baru ketahuan bahwa bayi di kandunganku kembar.

"Nggak mungkin, Dok? Saya tiap bulan USG kok!"

"Ini denger detak jantungnya," kata Dokter sambil menggeserkan alat USG di perutku.

Detak jantung bayi dalam perutku menggema ke seluruh ruangan, namun tiba-tiba ada suara detak jantung lagi tapi berbeda iramanya dengan yang pertama.

"Nah, 2 ya bu detak jantungnya. Ini gambarnya."

Aku menatap layar monitor sampai tak berkedit, 2 tubuh berbeda ada dalam perutku.

Air mata mengalir tak tertahankan, perutku yang menggelembung dielus ibuku lembut. Senang? Tentu. Tapi  selepas dari Dokter, rupa-rupanya pikiranku dan beliau sama. Kami Panik. Belum genap 4 bulan yang lalu, istri sepupuku melahirkan bayi laki-laki kembar namun sayangnya kedua bayinya tak dapat diselamatkan.Maka wajar ketika pikiran kami diselimuti rasa khawatir tingkat tinggi, namun pada akhirnya yang dapat kami lakukan hanyalah pasrah

Suami tentu saja tidak percaya, sampai harus melakukan USG lagi. Tapi ketika ia yakin, dengan tegas ia langsung memutuskan aku harus ke Surabaya, ke rumah orang tuanya. Karena ia sudah tidak yakin dengan Rumah Sakit yang ada di sekitaran kami , mungkin masih ada  trauma dibenaknya saat sepupuku harus kehilangan putra kembarnya. Setelah dibicarakan dengan keluarga, akhirnya mereka sepakat, aku diungsikan sementara ke Surabaya untuk melahirkan.

Keadaan yang memang membuatku akhirnya harus menerima, tapi kesenangan, kegembiraan menyambut anggota baru sudah menyemarak di rumah mungil kami. Termasuk Ayah dan ibuku, semua keluarga diberi kabar bahwa mereka akan memiliki cucu kembar. Maklum saja, ini adalah cucu pertama mereka dan mungkin saja cucu satu-satunya yang kembar saat ini. Seluruh keluarga sudah tidak sabar menyambut keluarga baru kami, setiap bertemu mereka mengelus lembut perut buncitku. Betapa besarnya perutku, itulah kata-kata yang kerap kudengar dari mereka.

Kegembiraan itu akan terus berlanjut meski aku tidak  melahirkan di dekat mereka, tapi di Surabaya, di tempat mertuaku. Aku yakin akan menemukan kegembiraan yang sama seperti di keluargaku dan ternyata tepat seperti dugaanku, aku dimanja di sana. Mungkin juga karena ini adalah cucu kembar satu-satunya di keluarga beliau atau mungkin juga karena aku yang jarang sekali bertemu beliau. Semoga dimanapun tempatku melahirkan, ada berkah yang terhimpun. Aamiin.



1 komentar: