Selasa, 20 Mei 2014

Panen Predator

Seorang anak yang masih duduk di bangku SD terkejut ketika melihat Mama nya pulang cepat dari kantor. Selama ini dia hanya berdua saja dengan mbak Suster kalau Mama sedang kerja.

"Mama kok udah pulang?" kata sang anak heran.

"Mama lagi pusing, kak, makanya mama pulang aja."

"Kata Mbak, kalau lagi pusing buka celana aja nanti aku jilatin."

Hati ibu yang mana yang tidak hancur hatinya mendengar kalimat seperti itu meluncur dari bibir mungil anak kesayangannya. Anak yang diharapkan kesholehannya kemudian hari, anak yang diidamkan kejayaannya kelak, anak yang dengan payah dicarikannya uang agar semua keinginannya tercapai.


Maaf, bukan bermaksud vulgar dengan judul, tapi saya ingin mengajak para ibu para ayah juga para calon ibu dan ayah agar paham bahaya yang ada disekitaran kita, disekitar anak-anak kita. Sepercaya-percayanya kita terhadap orang lain, seharusnya kita juga memiliki kepahaman bahwa anak-anak hanya aman bila berada dekat dengan keluarganya terlebih orang tuanya, meskipun dijaman serba gila ini ada juga orang tua atau keluarganya yang masih punya sisi 'eror' menyikapi anak.

Akhir-akhir ini kita disuguhi tontonan luar biasa menjijikkan, ratusan anak dicabuli oleh satu orang. Dilain tempat tidak jauh berbeda, seorang bapak tua tega mencabuli ratusan anak selama berpuluh tahun dengan iming-iming uang puluhan ribu. Ya, mereka adalah para pedofilia.

Apa sih sebenarnya Pedofilia? Pedofilia menurut wikipedia adalah gangguan kejiwaan dengan kecenderungan berfantasi dan berminat sexsual dengan anak prapuber sekitar usia 13 tahun ke bawah. Sedangkan Infatofilia adalah kecenderungan dengan minat sexsual pada anak bayi 0-3 bulan. Tidak peduli apakah pelakunya perempuan atau laki-laki, karena secara tidak langsung sebagian orang mengkhususkan bahwa pedofilia adalah laki-laki.

Seperti contoh kasus di atas, bisa saja itu terjadi pada anak-anak kita. Karena terlalu yakinnya kalau seorang perempuan itu pasti beradab, kenyataannya tidak semua perempuan punya pemikiran bersih terhadap anak-anak. Begitupun seorang laki-laki, karena dia dekat terhadap anak-anak apa lantas dia bisa dicurigai sebagai pedofil? Itu juga kurang baik. Kita memang wajib berhati-hati tapi memulai kecurigaan terhadap orang lain pun bisa mengikis pergaulan dilingkungan kita sendiri, padahal suatu saat kita pasti membutuhkan bantuan orang lain.

Ditelusuri lebih jauh ternyata para pedofilia ini juga dulunya adalah korban pencabulan, korban dari ketidakberdayaan. Dan sekarang mereka adalah bibit yang telah berhasil dipanen, ya, kasus akhir-akhir ini adalah contoh bibit-bibit yang sudah ditanam sejak dulu lalu disirami dengan bacaan dan tontonan pornografi. Mengerikan! Lalu bagaimana dengan kasus yang melibatkan ratusan anak yang dilecehkan? Ah, semoga mereka tidak menjadi bibit-bibit baru. Saya yakin penanganan yang baik dari para orang tua seharusnya bisa menekan kecenderungan anak bukan justru buat anak jadi tertekan.

Begitu juga dengan lingkungan di sekitarnya, anak bukanlah orang yang bersalah tapi menjadi orang yang dipersalahakan. Mereka yang menjadi korban justru menjadi seorang tertuduh, menjadi bahan olok-olokan, dipermalukan, dibicarakan dimana-mana, inilah sebagian contoh moral bangsa ini. Anak-anak yang ingin berusaha sembuh dari sakit fisik dan jiwanya justru lebih tersakiti, jangan salahkan mereka kalau kelak mereka menjadi predator karena kita lah yang meracuni mereka. Jangan salahkan mereka, jika kelak mereka menjadi predator sebab mereka malu untuk berbicara bahkan terhadap keluarga mereka sendiri, tentu karena masyarakat kita umumnya masih merasa tabu untuk membicarakan hal berbau sexual sampai anak-anaknya pun ikut terdoktrin bahwa membicarakan ini berarti aib.

Jadi mesti gimana? Menurut Elly Risman, seorang wanita pakar psikologi yang amat dikenal, anak wajib dibekali bagian mana saja yang boleh dipegang orang lain dan yang mana saja yang tidak boleh disentuh orang lain. Yang boleh dipegang menurut beliau adalah bagian lutut kebawah dan bagian pundak ke atas, sedangkan yang tidak boleh disentuh adalah bagian pundak sampai lutut.

Selain diancam, takut dimarahi, juga karena malu, menurut saya rasa tabu tentang hal berbau sexual  yang ada di masyarakat kita membuat anak enggan bercerita. Penting mengajarkan anak untuk sedikit banyak tahu tentang bagian yang paling harus mereka lindungi dan jaga, tidak boleh disentuh sembarangan oleh siapapun. Hilangkan rasa tabu untuk perlindungan anak, ajarkan dengan cara yang baik bukan mengarah ke pornografi tentunya. 

Dan yang terakhir ajarkanlah anak untuk berbicara pada kita tentang apapun agar ketika anak disakiti mereka lantang berbicara, jadilah sahabat anak. Jangan terburu-buru panik atau mengalihkan perhatian ketika anak bertanya tentang bagian intimnya yang seringkali kita bingung menjawab, jadikan ini sebagai peluang untuk mengajarkan bagian yang wajib dia lindungi dari kejahatan sexual.

Semoga tidak ada lagi Emon-Emon yang lain, tidak ada lagi korban-korban yang bungkam karena malu. Pedofilia adalah penjahat paling keji, mengancam jiwa anak maka bersuaralah bila mereka tersakiti agar tidak ada korban yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar