Kamis, 05 September 2013

Tapi Aku Mencintainya!

Bismillarahmanirrahim...

Sebut saja dia, Jelita. Seorang wanita yang memang jelita seperti namanya. Entah berapa kali dia pacaran bahkan dia sudah melakukan hal yang tak wajar. Seringkali dirinya menuntut untuk berhenti dari kesenangan yang sudah merobohkan harga dirinya sebagai seorang wanita, bagaimana tidak jika hubungan yang berlebihan itu hanya berstatus pacaran bukan suami istri.


Alasan yang kerap kali dia ungkapkan karena dia terlalu mencintainya, sampai tidak mungkin untuk meninggalkan kekasihnya dengan cara atau alasan apapun. Ya, bukankah dunia ini sudah gila, semua yang terlihat biasa bukan lagi menjadi aib tapi justru memalukan kalau tidak ikut didalamnya.


"Tapi aku sangat mencintainya, kalau sampai aku nggak melakukan itu dia akan meninggalkan aku. Setalah apa yang terjadi, aku nggak mau kehilangan dia."


Ketakutan itulah yang akhirnya menjadikan tombak yang menghujam hatinya tanpa darah yang menetes tapi justru air mata yang mengalir. Takdirkah ini? Tidak, ini bukankah takdir tapi pilihan. Pilihan yang dibuat karena ketakutan atas cinta yang katanya berharga tapi nyatanya menghancurkan harga diri.


Siapa yang menyangka awalnya begitu indah, cinta yang suci tapi disejajarkan dengan kotornya maksiat pujian, bergandengan tangan dan akhirnya zina. Jelita tahu apa yang dihadapinya, dia tahu apa resikonya, tapi otak dan pikirannya telah lantak oleh takutnya kehilangan.Dia yang terbiasa dijanjikan kasih sayang meski dengan cara yang haram, lebih takut diancam ditinggaklan ketimbang takut akan waktu yang menantinya kelak.


Ah, aku memang bukan dia yang tak  pernah tahu apa rasanya mencintai dalam ketakutan. Menuruti bagaikan jalan satu-satunya untuk dia, tak ada kata lain. Melawan, berhenti berarti rela ditinggalkan dalam keadaan tak berdaya.


Jelita...


Bukankah kau dan aku seharusnya melangkah bersama dengan cinta yang benar-benar utuh. Bukan hanya saling melihat lalu diam.


Tidak sayang, tidak. Aku bukan ingin menghakimimu, aku bukanlah hakim yang layak untuk menghukummu. Tapi ingatlah ada aku yang mencintaimu, saudarimu.


Mari melangkah kembali bersamaku saudariku. Kau tak boleh merasa terhina karena dia merenggut seluruh kehormatanmu, tinggalkan dia yang telah memberimu tembok sebagai seorang muslimah. Lalu datanglah pada-Nya, bukan padaku, tapi pada Allah Ta'ala.


Tengadahkanlah tanganmu, memintalah ampun niscaya Dia akan mengampunimu.


 "Allah tabaraka wa ta'ala berfirman: "Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku melainkan Aku ampuni dosa yang ada padamu dan Aku tidak perduli, wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku niscaya aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak mensekutukan sesuatu dengan-Ku niscaya aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi." (HR.Tirmidzi)


Sudahlah, tak perlu kau terus beralasan. Lepaskan dia lalu rangkullah Dia. Seharusnya cinta tak mengantarkanmu pada kemaksiatan, atau kau lebih ingin bersamanya lalu kelak justru kau terhina di Pengadilan-Nya?


Saudariku, aku mencintaimu tanpa Tapi, jadi mari kita beriringan melewati jalan yang seharusnya. Aku tak akan meninggalkanmu, jadi jangan pernah kau takut kehilanganku seperti kau takut ditinggalkannya.


Aku Mencintaimu karena Allah Ta'ala dan akan tetap seperti itu saudariku dalam keadaan apapun, tanpa Tapi.


Wallahua'lam bish shawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar