Kamis, 14 Februari 2013

Be My Valentine, Sayang!

Bismillahirrahmanirrahim...


Sebuah kado merah jambu yang terikat dengan pita warna senada plus sebuah kartu ucapan dengan tulisan 'Be My Valentine', tergenggam erat di tanganku. 2 kali sudah aku mendapatkan kartu ucapan dengan tulisan yang sama di hari yang sama, apalagi kalau bukan hari valentine, dan tentu saja dari orang yang sama.


Aku membukanya perlahan, sebuah boneka lucu berwarna pink. Ah, kenapa dia nggak mengerti juga? Bukankah tahun lalu aku sudah berkata bahwa kasih sayangnya nggak perlu diungkapkan terlalu jauh. Bukankah aku dan dia sama-sama mengerti, ada hari valentine ataupun nggak, sudah sepantasnya ini nggak pernah terjadi di antara kita. Andai kamu lebih paham akan teriakan cinta, maka ia akan berteriak, "ajaklah aku untuk membersamaimu saat keningmu melekat dalam sujud"


*********************


Valentine! Lagi-lagi kita bertemu hari ini, patut disyukuri lho, bukan karena kamu bertemu lagi dengan valentine, tapi bersyukur kalau hari ini kamu sudah lebih baik dari tahun kemarin karena nggak ikut tukeran coklat, kado ataupun sejenisnya demi mengkhususkan hari ini. Dan yang penting kamu sudah paham,  kasih sayang dan cinta akan selalu erat kuat di hatimu untuk Allah, Rasul-Nya dan untuk orang-orang terkasihmu.


Agak-agaknya, saya nggak perlu lagi cerita-cerita tentang tragedi berawalnya si valentine ini bisa dirayakan, karena saya yakin banyak yang sudah tahu tentang kisah kasih St.Valentine. Tapi, ada fakta lain yang saya baca di twitternya ust. @felixsiauw, bahwa sebenarnya semua ini berawal dari kebudayaan Roma dalam  perayaan pagan Lupercalia untuk memuja Lupercus sang dewa kesuburan Romawi dan hidangan utama dari perayaan ini adalah memasang masangkan cowok dan cewek yang berakhir dengan mabuk-mabukan dan tentu saja bercinta semalaman. Naudzubillah.


Itulah yang ditiru sebagian muslim dan muslimah yang belum paham, bahkan valentine dianggap sebagai hari sex jamaah sedunia. Secara semua diawali dengan keromantisan, makan malam, ngasih coklat, berlanjut pegangan tangan, lalu...dan lalu.... Syetan lagi teriak-teriak kegirangan, nggak ada lagi yang menghijab si syetan dengan mereka.


Aahh...kamu memang masih punya pilihan, mau ikut yang mana? Coklat, bunga, atau hadiah lainnya memang nggak beracun, tapi bisa membawamu keracun yang lebih berbahaya. Terlebih bagi seorang muslimah bila salah memilih tentu akan sangat merugikan, racun itu menyebar menghancurkan kehormatannya.


Kalaulah cinta sebatas manisnya coklat dan indahnya bunga, maka tak ada lagi cinta ketika coklat telah meleleh dan manisnya menghilang, tak ada lagi keindahan bunga ketika ia telah melayu dan mengering. Lantas apa yang bisa tersimpan dari cinta?


Kalaulah cinta sebatas kata "Be My Valentine, sayang.", lalu kemankah cinta ketika ia disesaki kepalsuan, manisnya janji, dan kenistaan? Kemanakah perginya cinta jika ia akhirnya dipenuhi kemaksiatan?


Kalaulah cinta tak berbatas, ia akan terucap setelah akad nikah. Ia datang dalam kehalalan, ia hadir dengan kemuliaan. Benarlah jika cinta mampu berteriak, ia akan berteriak,"ajaklah aku untuk membersamaimu saat keningmu melekat dalam sujud bersama kekasih halalmu."


(A.I)



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar