Jumat, 17 Juni 2011

Saksi cinta di Atas Sajadah
http://www.bukanmuslimahbiasa.com/?p=953

Bismillahirrahmanirrahim..


Lantunan rindu ku tuangkan dalam sajadah cintaMu..
Bersaksi cinta dengan butiran tasbihku..
Sunyi malam ku bersujud penuh doa
Tangisku mengukir diatas sajadahMu


Sebut namaMu atas saksi cinta..
Penantian tak ingin lagi ku rasa..
Istikharah cinta memohon petunjuk MU..
Tunjukkan ku satu nama PerinduMu..

Benarkah menjadi seorang wanita yang mapan, disukai banyak orang, lulusan terbaik, bahkan banyak perusahaan memburunya untuk bekerja, menjadikan dia menjadi gampang jodoh ?


Ternyata tidak semudah yang selama ini aku bayangkan, menjadi wanita super yang segalanya orang memandangku sempurna, ternyata tidak semudah gambaranku ketika mencari jodoh.


" Menuntut ilmu itu tetep wajib Nduk, kamu ndak perlu takut kalau masalah jodoh. Insyaallah, udah disiapin sama Allah, ndak perlu takut, ndak kebagian jodoh," ibu ku selalu tahu apa yang sedang aku pikirkan.


Menginjak umurku yang sudah kepala tiga, tinggal impianku yang terakhir belum juga tercapai, menikah.


" Aku udah istikharah, tahajjud, amalan sunnah aku banyakin, tapi belum juga datang yang aku mau. Kurang apa coba ?"


" Kurang sabar, Nduk."


Aku tertegun mendengar jawaban ibu, benarkah aku kurang sabar? selama ini aku sudah cukup sabar menanti. Aku cukup sabar ketika ada yang hendak mengajakku ta'aruf tapi setelah dia tahu profile ku, dia kabur. Alasannya cukup membuatku terkejut, karna dia merasa minder denganku. Dia yang lulusan SMA, takut bila disandingkan denganku yang lulusan S2.


Tidak hanya satu atau dua kali aku mengalami hal itu, hampir 4 kali aku merasakan kekecewaan yang sama dengan alasan yang menurutku tak masuk diakal.


" Mba Meti, cepetan berangkat. Udah pada nungguin di mobil tuh "


Aku segera bergerak tergesa-gesa menuju mobil, hari ahad ini seperti biasa aku dan keluarga makan siang bersama di rumah makan langganan kami.


Tep..Sepasang mata beradu tatap denganku, hanya sejenak. Seorang pemuda biasa-biasa saja duduk bersama keluarganya, namun tatapan pertama itu mampu membuatku untuk berjalan cepat menuju tempat duduk agak jauh dari pemuda tadi. Diikuti dengan keluargaku yang mengikutiku dengan terheran-heran.


Dengan santai kami berbincang-bincang setelah makan, sampai tiba-tiba ada seorang bapak yang menghampiri kami. Sebentar aku menatap beliau. Lho, bapak ini kan...


" Assalamu'alaikum " bapak itu tersenyum pada kami semua. Kami menjawab dengan serentak salam beliau.


" Saya boleh ikut duduk Pak, ada perlu sedikit dengan bapak dan ibu "


Ayah segera merespon baik permintaan beliau.


" Saya tidak melihat ada laki-laki lain di keluarga ini selain bapak. Apakah Putri bapak ini sudah menikah ?" beliau menunjuk padaku.


" Ini namanya Meti pak, kebetulan belum menikah Pak, ada apa yaa?" kata Ayahku. Aku yang mendengar namaku disebut-sebut tentu lekas menajamkan telinga.


" Apakah sudah ada yang mengkhitbah ?" beliau melanjutkan. Aku yang menerka-nerka arah pembicaraan ini, jadi ikut tegang. Tanpa sadar aku memainkan ujung jilbabku.


" Belum juga Pak ! " kata Ayah.


" Ada seorang pemuda sederhana dari keluarga sederhana mengidamkan seorang wanita shalehah. Dia pegawai biasa, namun insyaallah dia mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, dan pemuda itu yakin wanita yang dipilihnya insyaallah pandai bersyukur. Pemuda itu ada disana "


Mata kami mengikuti petunjuk beliau. Deg..pemuda tadi yang bersitatap denganku.


" Dan Wanita yang dia pilih adalah putri bapak. Nak Meti "


Semua mata mengarah padaku, aku yang masih terkejut segera mengambil air minum yang ada dihadapanku. Semua menunggu keputusanku. Ayah dan ibu hanya tersenyum menatapku. Aku berpikir..ini gila..tapi ibu memotivasiku segera, Allah sedang menunjukkan jalan padaku.


Aku memberitahukan tentang diriku pada beliau, beliau sedikit terkejut dengan profile ku. Aku pun ragu bila pemuda itu mau menerimaku, atau mungkin bernasib sama dengan pemuda-pemuda yang dulu hendak melamarku, merasakan minder.


Bapak tadi kembali.


" Istikharahlah Nak, insyaallah seminggu lagi keluarga kami akan datang ke rumah Bapak dan Ibu. Meminta keputusanmu, bila sepakat kami akan segera melamarmu."


Aku melirik pemuda tadi yang baru aku tahu bernama  Ahmad.


Disinilah aku sekarang, memunajatkan diri dalam sajadah cinta. Tapi tidak sendiri, ini lah kali pertama aku berjamaah dengan orang yang aku sebut SUAMI.


Sajadah telah menjadi saksi cinta kita berdua dalam balutan cinta Ilahi.


Wallahua'lam bish shawab.


- Aulia Izzati -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar